Fungi (Jamur) Basidiomycotina – Deuteromycotina & Etika Lingkungan

Fungi (Jamur) Basidiomycotina & Deuteromycotina dan Etika Lingkungan – Distributorpemadam.id – Jamur ini mayoritas memiliki tubuh buah makroskopis, sering ada di lingkungan sekitar kita dan hutan.

Fungi (Jamur)

  • Basidiomycotina

Ciri utama jamur ini ialah hifa septat dengan sambungan apit (“clamp connection”), spora seksualnya basidiospora yang dibentuk pada basidium, mempunyai satu atau dua inti sel.

Basidiomycotina

Hifa yang berinti satu disebut hifa primer, sedangkan hifa yang berinti dua dinamakan hifa sekunder.

Tubuh buah ada yang seperti payung ada juga yang berbentuk lembaran berlekuk – lekuk, jarang yang berukuran mikroskopis.

Perkembangbiakan jamur Basidiomycotina secara aseksual dengan membentuk konidia, sedangkan secara seksual dengan membentuk spora generatif yang disebut basidiospora.

Sebagai contoh untuk mewakili Basidiomycotina ini ialah jamur jerami (Volvariella volvacea).

Berbagai contoh Basidiomycotina Volvariella volvacea. Jamur ini pada umumnya tumbuh pada tumpukan jerami yang melapuk.

Bentuknya seperti payung terdiri atas tudung (pileus, bilah – bilah / lamella) dan membentuk basidium yang menghasilkan basidiospora. Jenis jamur ini telah banyak dikonsumsi sebagai makanan.

Auricularia polytricha (jamur kuping). Habitat jamur ini menempel pada kayu – kayuan yang lapuk, bentuknya pipih berlekuk – lekuk seperti daun telinga, warna kecokelatan.

Jamur ini telah dibudidayakan dan dikomersialkan sebagai bahan makanan.

Lentinous edodes, jenis jamur ini selain dapat dikonsumsi manusia juga dapat dipergunakan sebagai bahan obat.

Pleurotus, jamur kayu atau jamur tiram. Jamur ini enak untuk dikonsumsi, habitat yang baik pada lingkungan yang mengandung banyak lignin dan selulosa.

Jamur ini telah banyak dibudidayakan dengan medium serbuk gergaji.

Amanita muscaria. Jamur ini menghasilkan racun muskarin yang dapat membunuh lalat. Hidup pada kotoran ternak.

  • Deuteromycotina

Jamur ini disebut juga fungi imperfecti (jamur tidak sempurna).

Deuteromycotina

Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi secara aseksual saja, yaitu dengan membentuk blastospora (berbentuk tunas), artrospora (pembentukan spora dengan benang – benang hifa) dan konidia.

Sedangkan reproduksi seksualnya belum diketahui dengan jelas. Tetapi jika dalam penelitian diketahui reproduksi seksualnya biasanya akan dikeluarkan dari kelompok jamur tidak sempurna.

Misalnya jamur Monilia sitophila, sebelum diketahui reproduksi seksualnya digolongkan pada Deuteromycotina.

Tetapi sekarang setelah diketahui reproduksi seksualnya yaitu dengan menghasilkan askospora didalam askus (peritesium).

Dikelompokkan ke dalam Ascomycotina dan diganti dengan nama Neurospora sitophila atau Neurospora crassa.

Namun masih ada ahli yang menggolongkan Jamur Penicillium dan Aspergillus ke dalam Deuteromycotina.

Dengan alasan karena tingkat konidiumnya begitu jelas dan tidak asing lagi, meskipun tingkat seksualnya telah diketahui dengan baik.

Ciri – ciri jamur Deuteromycotina ini antara lain hidup saprofit maupun parasit, hifa bersekat-sekat, dinding selnya dari zat kitin, kebanyakan mikroskopis.

Beberapa contoh jamur yang belum diketahui reproduksi seksualnya antara lain:

  1. Epidermophyton floocosum, parasit pada kaki, biasanya menyebabkan penyakit pada kaki para atlet.
  2. Epidermophyton, Microsporium, Trichophyton penyebab penyakit dermatomikosis, sasarannya ialah pada kulit, rambut, dan kuku.
  3. Alternaria, parasit pada tanaman kentang.
  4. Helminthosporium, parasit pada tanaman padi.
  5. Colletrichum, parasit pada bawang merah.

Etika Lingkungan

Etika Lingkungan

Etika lingkungan adalah sikap dan tingkah laku manusia yang objektif terhadap kelestarian lingkungan sehingga dihasilkan manusia yang sadar lingkungan.

Sebagai bagian dari lingkungan manusia hendaknya memiliki sikap dan kebijaksanaan moral dalam pergaulannya dengan lingkungan.

Beberapa prinsip yang sejalan dengan etika lingkungan di antaranya berikut ini.

  1. Manusia bukan sumber dari semua nilai, manusia bagian dari lingkungan.
  2. Manusia harus menjadi pengelola sumber daya yang bijaksana dari generasi ke generasi.
  3. Sumber daya digunakan seoptimal mungkin untuk kesejahtera- an manusia.
  4. Perbaikan lingkungan harus disesuaikan dengan produksi benda dan materi.
  5. Hubungan manusia dengan alam harus saling menguntungkan berdasarkan pengertian ekologi.
  6. Lingkungan diciptakan tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya.
  7. Sumber daya alam bersifat tidak tak terbatas, karena itu pemanfaatannya harus seefisien mungkin dan menghindarkan sikap boros.

Diharapkan setiap manusia mampu menyelaraskan pola pikir, sikap, dan tindakannya sesuai dengan prinsip – pinsip etika lingkungan.

Upaya ini dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan akhirnya oleh seluruh warga negara.

Dengan demikian setiap warga negara diharapkan memiliki peran dan partisipasi masing – masing dalam pelestarian lingkungan.

Demikian penjelasan artikel diatas tentang Fungi (Jamur) Basidiomycotina & Deuteromycotina dan Etika Lingkungan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia kami.