Hancurnya Kerajaan Di Indonesia Serta Faktor Kelemahannya

Hancurnya Kerajaan Di Indonesia

Penyebab Hancurnya Kerajaan di Indonesia

Hancurnya Kerajaan Di Indonesia Serta Faktor KelemahannyaDistributorpemadam.idPada era reformasi yang sudah dimulai sejak 1988, membawa negara Indonesia mengawali tonggak sejarah baru ke dalam sebuah masa yang penuh kebebasan dalam menganut dan mengungkapkan suatu pandangan politik. Tetapi, hal tersebut justru membawa dampak pada penurunan nilai Pancasila.

Dalam sebuah pidato pada 1 Juni 1945,  Bung Karno menyatakan bahwa Pancasila merupakan keyakinan pokok dan penuh dari Bung Karno bahwa suatu negara Indonesia yang berdaulat dapat bertahan hanya apabila dibangun atas dasar yang dapat diterima oleh semua golongan, politik, dan agama. ( A.C Manullang – 1986). Namun, seiring dengan pekembangan zaman, Pancasila yang mulanya sangat diyakini dan diterapkan oleh masyarakat Indonesia serta sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat mulai terkikis. Jika dilihat melalui sudut pandang budaya, masyarakat cenderung memilih untuk menerapkan budaya barat terutama bagi kaum muda. Sehingga, perlahan nilai Pancasila akan luntur dan digantikan oleh budaya barat.

Generasi muda saat ini menyukai kebiasaan orang barat yang pada umumnya lebih mengutamakan kesenangan mereka pribadi seperti berpesta pora, dugem, dan narkoba. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan budaya di negara Indonesia. Tanpa disadari mereka telah terbawa arus budaya barat yang akan menghancurkan moral dan ideologinya sendiri.

Penyebab tekadinya semua kejadian tersebut adalah karena penanaman nilai-nilai pancasila yang terlalu kaku dan pasif sehingga terlalu mudah luntur karena tergerus perkembangan jaman yang ada. Selain itu, nilai-nilai pancasila juga telah luntur karena adanya penurunan sikap nasionalisme dari masyarakat. Tidak adanya sikap tenggang rasa, saling menghormati antar umat beragama ataupun atar masyarakat itu sendiri menjadi penyebab hilangnya nilai-nilai pancasila yang ada di masyarakat.


Faktor-Faktor Kelemahan yang menyebabkan Hancurnya Kerajaan Majapahit

  1. Tidak ada pembentukan pimpinan baru (tidak ada kaderisasi). Tidak ada lagi tokoh di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuanwilayah setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal.
  2. Gajah Mada sebagai Patih Amangkubumi memegang segala jabatan yang penting. Ia tidak memberi kesempatan generasi penerus untuk tampil, sehingga setelah meninggalnya Gajah Mada tidak ada penggantinya yang cakap dan berpengalaman.
  3. Perang saudara melemahkan kekuatan . perang paregreg menimbulkan malapetaka bagi rakyat dan kaum bangsawan, sehingga melemahkan kekuatan dan tidak ada persatuan.
  4. Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan. Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintah pusat dan raja-raja bawahan membangun sebuah kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintah pusat.
  5. Terjadinya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada kerajaan Syailendra dan Majapahit. Di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg (1401 – 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit. Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia berambisi untuk menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan. Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari Kediri (1478). Kelemahan pemerintahan pusat akibat perang saudara mengakibatkan kemunduran ekonomi Majapahit. Perdagangan di kepulauan Nusantara diambil alih oleh pedagang-pedagang Melayu dan Islam.
  6. Kemunduran ekonomi perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat, masalah perekonomian dan perdagangan diambil ailh oleh para pedagang melayu dan Islam.
  7. Masuk dan tersiarnya agama Islam sejak zaman Kerajaan Kediri diJawa Timur menimbulkan kekuatan baru yang menentang kekuasaan Majapahit. Adipati dari daerah pedalaman yang beragama Islam merasa tidak terikat oleh kekuasaan Kerajaan Majapahit, sehingga mereka tidak taat dan setia kepada penguasa yang beragama Hindu. Banyak bupati di wilayah pantai yang masuk Islam karena kepentingan dagang dan berbalik melawan Majapahit.

Baca Juga : Masa Kejayaan Kerajaan Kediri


Faktor-Faktor Kelemahan yang Menyebabkan Hancurnya Kerajaan Sriwijaya

  1. Tidak adanya raja yang cakap memerintah. Setelah Raja Balaputradewa wafat, tidak ada raja yang cakap untuk memerintah Kerajaan Sriwijaya. Hal tersebut menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin mengalami kemunduran.
  2. Letak Kota Palembang semakin jauh dari laut. Akibat pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi dan sungai lainya, akhirnya Kota Palembang semakin jauh dari laut.
  3. Berkurangnya kapal dagang yang singgah. Akibat semakin jauhnya Kota Palembang dari laut menyebabkab daerah tersebut tidak strategis lagi. Kapal-kapal dagang lebih memilih singgah di tempat lain. Hal tersebut menyebabkan kegiatan perdagangan berkunrang dan pendapatan kerajaan dari pajak menurun.
  4. Banyak daerah yang melepaskan diri dari Sriwijaya. Akibat semakin melemahnya perekonomian Kerajaan Sriwijaya maka penguasa kerajaan tidak mampu lagi mengontrol daerah kekuasaanya. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang telah melepaskan diri adalah Jawa Tengah dan Melayu.
  5. Adanya serangan dari kerajaan lain. Serangan yang dilakukan oleh Raja Teguh Darmawangsa dari Kerajaan Medang atas wilayah Sriwijaya bagian selatan pada tahun 992. Serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Colamandala dari India Selatan atas Semenanjung Malaka pada tahun 1017. Pendudukan yang dilakukan oleh Raja Kertanegara dari Singosari atas wiayah Melayu pada tahun 1270. Pendudukan ini dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu. Pendudukan yang dilakukan Kerajaan Majapahit atas seluruh wilayah Sriwijaya pada tahun 1377. Pendudukan tersebut dalam upaya mewujudkan kesatuan Nusantara.

Faktor-Faktor Kelemahan yang Menyebabkan Hancurnya Kerajaan di Nusantara

  1. Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan yang lebih besar dan lebih kuat.
  2. Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi, seperti yang terjadi pada masa kekuasaan Kerajaan Majapahit.
  3. Berlangsunya perang saudara yang justru melemahkan kekuasaan kerajaan, seperti yang terjadi pada kerajaan Syailendra dan Majapahit.
  4. Banyak daerah yang melepaskan diri akibat lemahnya pengawasan pemerintahan pusat dan raja-raja bawahan membangun sebuah kerajaan yang merdeka serta tidak terikat lagi oleh pemerintahan pusat.
  5. Kemunduran ekonomi dan perdagangan. Akibat kelemahan pemerintah pusat, masalah perekonomian dan perdagangan diambil alih para pedagang Melayu dan Islam.
  6. Tersiarnya agama dan budaya Islam, yang dengan mudah diterima para adipati di daerah pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat lagi dengan pemerintahan kerajaan pusat seperti pada masa kekuasaan kerajaan Majapahit.

Nilai Penting dari Sejarah Kerajaan

Nilai kebenaran yang terjadi dalam sejarah dapat berupa sikap-sikap atau tindakan yang dilakukan  yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam menegakkan kebenaran. Misalnya sejarah para Nabi. Para Nabi diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia yang saat itu dianggap berada pada jalan yang sesat. Tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh para Nabi dalam memperjuangkan misinya. Walaupun para nabi telah tiada, tetapi meninggalkan bukti-bukti perjuangannya yaitu agama yang sampai sekarang masih berkembang.

Peristiwa masa lalu tidak sedikit memberikan pelajaran tentang pentingnya menegakkan keadilan. Dalam sejarah kerajaan-kerajaan banyak mengajarkan bagaimana raja-raja itu memerintah. Ada raja yang memerintah dengan adil, dihormati oleh rakyatnya. Raja yang menjalankan pemerintahan yang adil membuat kerajaan itu berjalan dengan baik, tidak terjadi perebutan kekuasaan yang menggoncangkan pemerintahan. Akan tetapi tidak sedikit pula dalam sejarah digambarkan raja-raja yang memerintah tidak adil bersifat otoriter, menyengsarakan rakyatnya.

Pemerintahan yang demikian akan menimbulkan kegoncangan-kegoncangan politik. Timbul berbagai pemberontakan, perebutan kekuasaan. Raja-raja yang berkuasa tidak adil sering berakhir dengan tragis. Fenomena seperti ini sampai sekarang masih banyak terjadi khususnya pada negara-negara yang penguasanya bertindak tidak adil. Akhir pemerintahannya misalnya harus dengan cara kudeta.

Kejujuran adalah nilai-nilai yang juga diajarkan dalam gambaran kehidupan peristiwa-peristiwa sejarah di masa lalu. Ketidakjujuran akan berakibat tatanan kehidupan menjadi rusak. Beberapa peristiwa sejarah yang menggambarkan akibat-akibat yang timbul dari sikap ketidakjujuran atau berbohong misalnya intrik- intrik politik yang terjadi di dalam keluarga kerajaan. Hubungan keluarga kerajaan atau aparat kerajaan yang tidak harmonis, di antara mereka saling memfitnah, mengeluarkan isu untuk saling menjatuhkan. Kebohongan-kebohongan terjadi di kalangan keluarga atau aparat kerajaan. Akibatnya adalah timbulnya krisis politik dalam kerajaan dan dapat berakibat hancurnya kerajaan. Hancurnya kerajaan akan berakibat pula pada kehidupan masyarakat.

Selain itu, nilai yang dapat dipetik dari zaman kerajaan yaitu nilai kesenian, dimana kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Nusantara mewariskan peninggalan-peninggalan yang mengandung nilai-nilai kesenian serta estetika, sehingga menjadi ciri khas tersendiri dari kerajaan tersebut. Misalnya, Candi Borobudur yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Kemudian ada pula Kerajaan Majapahit yang menelurkan berbagai karya-karya seni yang indah. Mulai dari seni patung, sastra, pewayangan, maupun karya seni lainnya. Selain itu, dapat pula diambil pelajarannya dari salah satu tokoh terkenal Majapahit, yakni Gajah Mada. Gajah Mada dengan semangatnya yang berkobar ingin mempersatukan seluruh Nusantara. Rasa semangatnya dapat kita contoh.


Peninggalan Masa Kerajaan yang Mengandung Nilai-Nilai Pancasila

Keberadaan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dapat ditelusuri secara historis sejak adanya sejarah awal masyarakat Indonesia. Keberadaan masyarakat ini dapat ditemukan dengan adanya peninggalan peninggalan sejarah pada masa kerajaaan. Terbukti dengan ditemukannya beberapa prasasti, candi, dan yupa.

Selain itu nilai nilai pancasila ditemukan juga dengan adanya persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Terbentuknya masyarakat Indonesia melalui proses sejarah pada masa kerajaan Kutai Kertanegara, yaitu pada masa pemerintahan Raja Mulawarman yang memberikan 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana. Atas kebaikannya itu, para Brahmana membuatkan 7 buah Yupa kepada Raja Mulawarman. Dari peristiwa tersebut telah melahirkan nilai pancasila yaitu nilai kemanusiaan dan nilai sosial politik serta nilai ketuhanan karena Kerajaan Kuta Kertanegara bercorak Hindu.

Pada masa Kerajaan Sriwijaya banyak nilai-nilai pancasila yang sudah berkembang pada masa itu seperti, adanya pemerintahan yang sudah terstruktur seperti pemerintahan jaman sekarang. Pada nilai ketuhanan kerajaan Sriwijaya menganut agama Budha. Pada masa ini telah di mulai adanya pembagian kekuasaan berupa Parddatun yang di perintah oleh seorang datu yang bukan seorang anggota keluarga raja.

Hal ini telah mencerminkan adanya otonomi daerah. Kerajaan Sriwijaya merupakan Negara Indonesia pertama yang berdasarkan kesatuan yang di dalamnya ditemui nilai nilai material Pancasila meliputi nilai Ketuhanan, nilai kemasyarakatan, persatuan, keadilan yang terjalin satu sama lain dengan nilai internasionalisme yang terjalin dalam bentuk hubungan dagang dengan negeri negeri di seberang lautan.

Ternyata nilai-nilai Pancasial sudah ada pada jaman Kerajaan terbukti dengan adanya nilai persatuan dan kesatuan antar umat beragama, nilai sosial politik yang terjadi pada kerajaan Kutai, nilai persatuan yang terjadi pada masa kerajaan Sriwijaya, nilai keadilan sosial yang terjadi pada masa kerajaan Kutai. Pancasila merupakan dasar pembentukan filsafat hidup masyarakat Republik Indonesia.

Kita dituntut untuk bisa menerapkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari – hari dan mengetahui sejarah pancasila di masa kerajaan, dan wujud nilai pancasila yang terdapat pada masa kerajaan. Kita menjadi tahu hak dan kewajiban kita sebagai warga negara yang akhirnya membuat kita jadi mengerti peran dan penempatan diri kita sebagai bagian dari suatu negara.


Demikianlah pembahasan artikel diatas semoga bermanfaat untuk pembaca setia kami…Terimakasih…..