Kebudayaan Logam & Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

Kebudayaan Logam & Hasil Budaya Manusia Purba di IndonesiaDistributorpemadam.id – Kebudayaan logam terdiri dari kebudayaan tembaga, kebudayaan perunggu, dan kebudayaan besi.

Kebudayaan Logam di Indonesia

Kebudayaan Logam di Indonesia

  • Kebudayaan tembaga

Kebudayaan logam di Indonesia disebut zaman perunggu sebab zaman tembaga tidak dikenal di Indonesia.

Kebudayaan logam di Asia Tenggara disebut kebudayaan Dongson, nama daerah di Indocina yang penduduknya menyebar ke Nusantara pada tahun 500 SM.

  • Kebudayaan perunggu

Perunggu merupakan perpaduan bahan tembaga dengan timah. Cara pembuatan alat dari perunggu ada dua.

    • Bivalve

Cara bivalve, dilakukan dengan menggunakan cetakan batu yang terdiri atas dua buah bagian, kemudian diikat menjadi satu, lelehan logam dituangkan, dan tunggu hingga beku.

Setelah beku, cetakan dapat dibuka. Alat ini dapat digunakan beberapa kali.

    • A Cire Perdue

Cara a cire perdue atau cara tuangan lilin, yaitu dengan membuat model benda dari lilin.

Kemudian dibungkus dengan tanah liat dan bagian atasnya diberi lubang, kemudian dibakar sehingga lapisan lilin meleleh dan keluar melalui lubang.

Dari bagian lubang itu juga dituangkan lelehan logam hingga penuh. Setelah logam lelehan membeku, model dari tanah liat dipecahkan dan hasil cetakan dari logam tinggal dirapikan.

Beberapa alat perunggu yang penting.

    • Nekara

Nekara merupakan alat bunyi-bunyian yang digantungkan secara mendatar dan dipukul dari atas.

Ada nekara yang ukurannya besar, dengan tinggi 186 cm dan lebar 160 cm, yakni Nekara Bulan Pejeng yang terdapat di Bali.

Nekara yang ukurannya kecil disebut moko, banyak ditemukan di Alor, Nusa Tenggara Timur.

Daerah temuan nekara yang lain adalah Sumatra, Jawa, Sumbawa, Roti, Selayar, dan Kei.

    • Kapak corong

Kapak corong adalah kapak yang bentuknya menyerupai corong. Terdapat lubang di bagian atas dan di dalamnya digunakan untuk memasukkan tangkai kapak.

Oleh karena itu disebut kapak sepatu, fungsinya sebagai kapak biasa. Kapak corong yang panjang disebut candrasa.

Kapak corong untuk upacara dihiasi dengan bermacam pola hias. Kapak corong berukuran besar ditemukan di Makassar, Roti, Sentani (Papua), Tuban (Jawa Timur), dan Jawa Barat.

    • Arca perunggu

Bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk manusia dan hewan yang bentuknya sederhana. Patung perunggu kecil ditemukan di daerah Bangkinang (Riau) dan Limbangan (Bogor).

    • Perhiasan perunggu

Antara lain, gelang, cincin, dan bandul kalung yang bisa ditemukan di seluruh Nusantara.

    • Bejana perunggu

Semacam periuk yang ditemukan di Kerinci, Sumatra.

  • Kebudayaan besi

Setelah kebudayaan perunggu maka muncullah kebudayaan besi. Berdasarkan penelitian, manusia praaksara menggunakan alat besi.

Berbagai peralatan yang terbuat dari besi, misalnya, mata kapak, pisau, sabit, dan pedang.

Daerah temuannya di Tuban, Pacitan, dan Madiun. Selain itu, ditemukan bekal kubur logam di kubur batu Wonogiri (Jawa Tengah) dan Besuki (Jawa Timur).

Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

Sejak zaman Pleistosen Bawah telah ada jenis manusia purba yang sudah menghasilkan alat-alat hidup dan budaya.

Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

Bukti bahwa Pithecanthropus erectus menghasilkan kebudayaan Pacitan ditemukan Von Koenigswald berupa kapak perimbas atau disebut kapak Pacitan.

Alat-alat kebudayaannya terbuat dari batu, tulang, kayu, dan ada yang dari tulang binatang.

Selain di Pacitan dan Ngandong, alat-alat semacam ini juga ditemukan di Sumatra, Sulawesi, Flores, dan Timor.

Hallam L. Movius Jr. mengklasifikasikan alat Paleolitikum sebagai berikut.

  • Kapak perimbas (chopper)

Bagian yang tajam berbentuk cembung, digunakan untuk memangkas. Fungsi kapak ini untuk penetak dan pemotong.

Kapak ini ditemukan di Pacitan oleh Von Koenigswald tahun 1935 yang diperkirakan pendukung Pithecanthropus erectus, kapak ini disebut juga chopper chopping tool.

Kapak ini juga ditemukan di luar Nusantara, seperti di Pakistan, Myanmar, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

  • Kapak penetak

Kapak ini mirip kapak perimbas, hanya bentuknya lebih besar, dipergunakan untuk membelah kayu, pohon, atau bambu. Alat ini disebut chopping tool, ditemukan hampir di seluruh wilayah Nusantara.

  • Kapak genggam

Kapak ini memiliki bentuk mirip kapak perimbas, tetapi jauh lebih kecil. Cara pema- kaiannya dengan digenggam pada ujungnya yang lebih kecil. Hampir di seluruh Nusantara terdapat alat tersebut.

  • Pahat genggam

Bentuknya lebih kecil dari kapak genggam yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan mencari ubi-ubian. Alat ini sangat tajam.

  • Alat serpih

Alat serpih dipergunakan untuk pisau, mata panah, dan alat pemotong.

Alat serpih ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1934 di Sangiran, juga di Gua Lawa, (Sampung, Ponorogo), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Timor, dan Roti.

Alat serpih ini berukuran kecil antara 10 – 20 cm yang banyak ditemukan di gua – gua.

  • Alat – Alat dari tulang

Alat ini dibuat dari tulang binatang untuk pisau, belati, dan mata tombak yang banyak ditemukan di Ngandong (Ngawi Jawa Timur).

Homo sapiens juga telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dari manusia purba. Bahkan jika kita melihat hasil kebudayaannya, sudah tergolong pada budaya Batu Tengah, yakni Mesolitikum.

Alat mereka sudah dihaluskan sebagian dan tempat tinggal mereka berada di gua-gua sehingga meninggalkan abris sous roche dan sampah kerang kjokkenmoddinger.

Tempat tinggalnya ditemukan di pantai Sumatra Timur dan alat- nya berupa kapak Sumatra, kapak pendek, serta pipisan atau batu penggiling.

Adapun kjokkkenmoddinger ditemukan di Gua Sampung (Ponorogo, Jawa Timur), di Timor, di Pulau Roti, dan Bojonegoro.

Alat-alat mereka selain dari batu sudah ada yang dibuat dari tulang (bone culture).

Demikian penjelasan artikel diatas tentang Kebudayaan Logam dan Hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia semoga dapat bermanfaat bagi pembaca setia kami.